Tabungan dan Pembiayaan

Depok – Mulyati tidak segan – segan menceritakan awal mula ketertarikannya bergabung menjadi anggota Koperasi Cinta Damai Wahid. Awalnya ragu untuk bergabung, karena rasa trauma melihat di sekeliling rumahnya beberapa

Bagikan

Depok – Mulyati  tidak segan – segan menceritakan awal mula ketertarikannya bergabung menjadi anggota Koperasi Cinta Damai Wahid. Awalnya ragu untuk bergabung, karena rasa trauma melihat di sekeliling rumahnya beberapa perempuan justru terjerat rentenir karena hutang dan cicilan. Namun, saat itu alasan terkuat adalah pandangan dari tim Microfinance Officer Koperasi Cinta Damai Wahid dan Pelatihan yang diberikan oleh KCD Wahid, membuat xxx merasa yakin jika ini berbeda dengan koperasi atau Lembaga keuangan pada umumnya.

“awalnya saya ikut pelatihan literasi keuangan, lalu ikut beberapa pelatihan – pelatihan mengenai penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian yang diadakan oleh KCD Wahid dan Wahid Foundation. Saya merasa pelatihan ini sangat bermanfaat sekali bagi saya, karena saya menjadi tahu cara mengatur keuangan dengan baik” tutur xxx, anggota KCD Wahid

Dari mulai menjadi anggota, karena keaktifannya dalam berbagai kegiatan pelatihan dan aktifitas di masyarakat. Xxx diundang dalam pelatihan fasilitator lokal Kelurahan Damai, dilatih berbagai materi tentang pendampingan dan cara mengorganisir komunitas di desa/kelurahan, resolusi konflik, penguatan nilai – nilai toleransi dan perdamaian serta tentang nilai – nilai kesetaraan gender. Sebagai fasilitator lokal dan ketua kelompok, xxx juga aktif melakukan sosialisasi tentang program Desa Damai Wahid Foundation di kelurahan Pengasinan atas keaktifannya ini kemudian ia ditunjuk sebagai Ketua Kelompok Kerja Kelurahan Damai Pengasinan, Depok.

Ia sempat tidak percaya diri ditunjuk sebagai ketua Pokja, “awalnya tidak percaya diri, karena tahu sendiri anggota Pokja tidak hanya perempuan tetapi juga banyak laki – laki dari berbagai elemen masyarakat dari pemuda, aparatur pemerintah kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama. Ini pengalaman pertama saya” lanjut xxx

Namun, setelah didukung oleh beberapa kelompok perempuan dan saya memberanikan diri mengambil tanggung jawab ini. Bagi saya, perempuan itu pasti bisa memimpin asalkan diberikan kesempatan dan dukungan. Pengalaman mendapatkan peningkatan kapasitas dari mengikuti berbagai pelatihan membuatnya lebih percaya diri, bahwa perlu keberaninan untuk mengambil tanggung jawab sebagai sosok pemimpin di masyarakat. (Siti Kholisoh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *